Friday, June 1, 2012

Anak Luar Biasa

dua hari yang lalu, kelas gue (dan kelas-kelas yang lain) kedatangan tamu dari sebuah bimbel deket sekolah gue. awalnya gue kira mereka ini promosi bimbel. pas pertengahan penjelasan, ternyata motivator. tapi ujung-ujungnya nawarin bimbel. kepret.

seorang kakak cowok masuk ke kelas gue dan mulai memperkenalkan diri. rambutnya kayak Ariel Peter Pan dan itu sangat tidak penting. dia masuk dan mulai nyerocos ini-itu. dia lulusan UI dari Fakultas Psikologi *terdengar teriakan: "Terus gueh harus bilang WOW getoohh?"*

dia ngomongin tentang PTN yang ada di Indonesia, perbandingan jumlah PTN dengan SMA Negeri di Indonesia, perbedaan antara PTN dengan swasta, siapa aja yang bakalan jadi saingan lo ketika nanti tes masuk universitas, dan juga dia ngomongin dua tipe anak yang bakalan masuk ke universitas impian.

dia bilang,

"Cuma ada dua tipe anak yang bisa masuk PTN favorit," lalu dia nulis 'CLB' dan 'BA'. "Tipe yang pertama adalah anak yang CLB, yaitu Cerdas Luar Biasa. Anak ini emang udah dari sananya cerdas. Guru nerangin, dia udah ngerti duluan. Nah, anak-anak seperti ini yang pasti bisa masuk PTN favorit."

gue dan temen-temen yang lain ber-oh semua. gue pribadi udah mulai ketakutan karena gue bukan tipe CLB. gue nggak cerdas luar biasa. ALB alias Aneh Luar Biasa mungkin iya. lalu si kakak melanjutkan lagi ke tipe yang kedua. katanya, "Tipe BA ini juga bisa masuk PTN. BA ini adalah anak yang Biasa Aja. Dia nggak pernah merhatiin apa yang dijelasin gurunya, PR nyontek, kalau ada ulangan silaturahim ke kelas lain (baca: nyari bocoran). Anak-anak kayak gini kurang cerdas, deh. Tapi, tapi, kenapa dia bisa berpeluang masuk PTN favorit? Karena, mereka ini adalah anak BLB, Belajar Luar Biasa. Ini yang membedakan mereka dengan tipe CLB. Kalau tipe CLB itu, mereka udah cerdas banget. Kalau tipe BLB, mereka adalah anak-anak yang kurang cerdas, tapi belajarnya luar biasa, sungguh-sungguh. Mereka mau belajar, mau mati-matian belajar."

dan dia menambahkan, bahwa kebanyakan yang masuk UI (karena dia alumni UI, jadi yang diomongin UI terus) itu adalah yang tipe BA, 80 persen. sedangkan yang tipe CLB cuma 20 persen. gilak. gue langsung keinget perkataannya bu Wiwin waktu SMP. beliau bilang, kalau kuliah harus... harus... aduh gue lupa dia bilang perbandingannya berapa. pokoknya antara belajar dengan sosial itu... aduh, berapa, ya? entar deh gue inget-inget lagi.

setelah ngomongin itu, si kakak itu berlanjut ke... oh iya, psikologi. katanya di dalam psikologi itu ada istilah "Inner Dialogue" which means dialog dengan diri sendiri. dialog ini tujuan buat meyakinkan kita, menanyakan pada diri kita apa yang akan terjadi kalau kita milih ini? apa yang akan terjadi 10 tahun ke depan kalau gue milih IPS, contohnya. dia bilang kita harus merencanakan mau jadi apa kita nanti mulai dari sekarang. mulai dari detik ini.

setelah dia ngomongin masa depan, gue jadi kepikiran. sampai detik ini.

jujur aja, sebelum-sebelumnya gue juga udah sering mikirin masa depan gue kelak. gue mau kuliah apa, kerja apa, kawin sama siapa, tinggal di mana...
awalnya, gue kepengen banget masuk IKJ, ngambil FFTV. tapi, gara-gara kemaren pas ekskul film ada ceweknya kak Phanggah yang amazing banget deh ceritanya, gue jadi ragu lagi. gue ber-dialog-sendiri sama diri gue, "Apa iya gue mau kerja jadi sutradara? Okelah kalau gue  nggak mau ngambil sutradara gue bisa jadi penulis naskah. Tapi, bukannya itu nggak perlu sekolah tinggi-tinggi, ya? Toh lu cuma nulis naskah gitu. Hmm..." dan di situ gue mulai mikir ulang tentang masa depan gue.

pertama-tama gue mulai dari milih jurusan buat nanti kelas 11. gue sih udah mantap mau di IPA. gue nggak mau ngurusin uang di pelajaran Ekonomi, atau ngurusin erosi tanah di pelajaran Geografi. tidak. cukup. gue mau ngitung-ngitung aja karena terbukti, gue lebih asyik ngitung daripada ngapal. mehehehehe.

kedua kuliah. banyak orang-orang kayak kakak tadi, guru-guru gue juga yang bilang kalau lo milih jurusan, harus sesuai dengan kuliah lo nanti. permasalahannya yang terjadi di gue adalah: gue bingung mau ngambil kuliah apa? kemaren malem gue sedikit curhat sama Andi mengenai kebimbangan gue ini. gue bilang ke dia apa gue mesti ngambil jurusan yang menantang seperti MIPA, atau kedokteran mungkin? dan dia bilang (dengan sok bijaknya) bahwa gue harus yakin karena nanti bisa-bisa gue yang nyesel sendiri karena salah milih jurusan. dan gue pun kembali bingung.

suatu hari nyokap gue pernah nyuruh gue buat ngambil ilmu komunikasi. alasannya agak aneh: supaya gue bisa ngomong. okelah, Mom, aku ini rada pendiem. tapi kan nggak segitunya juga kaleee. -___- terus gue juga pernah iseng browsing mengenai jurusan-jurusan yang ada di beberapa universitas (waktu itu gue nyarinya di univ yang lumayan terkenal, soalnya yang paling gue inget namanya ya cuma yang terkenal. hehehe). waktu itu gue nemu Jurnalistik di Universitas Esa Unggul. hmm... jurnalistik itu wakti SMP gue pernah ikut ekskulnya. dan itu... ribet. nggak seru. pusying. jadi gue coret itu. terus juga gue buka... oh, sastra! agak tertarik tuh, tapi gue langsung mikir, kalau gue ngambil sastra Inggris, atau Indonesia, mentok-mentok gue jadi guru. apa gue udah siap jadi guru? pernah sih ngebayangin gimana gue kalau jadi guru. tapi, rasanya belum klop gitu. jadi gue singkirkan dulu option itu. nyari-nyari lagi gue nemunya MIPA. pernah kepikiran, sih, tapi setelah dipikir lebih dalam lagi (dan juga setelah curhat sama Andi), gue nggak mau, deh. salah langkah bisa gawat gue. kalau jurusan yang enteng-enteng sih nggak terlalu bahaya, ya. lha ini? MIPA? mati kayang gue nanti -___-

***

oke. otak gue sekarang memutuskan untuk lebih fokus. gue harus mencari jurusan yang sesuai dengan passion gue. bukan karena keinginan yang ecek-ecek. kebetulan barusan gue iseng browsing PTN di Indonesia. gue--entah kenapa--cuma tertarik sama PTN yang namanya ada unsur seninya. maka gue kliklah Institut Seni di daerah Jawa.
pertama Bandung. sebelum liat daftar fakultasnya, gue udah ngebayangin rasanya kuliah di Bandung. ck. indah banget. eh ternyata nggak ada jurusan yang cocok. hm. oke, next PTN gue pilih Surakarta. gue aja nggak tau Surakarta itu kayak apa. yang ada dipikiran gue kalau ada orang yang ngomongin Surakarta adalah, "Oh, saudaranya Yogyakarta. Oke sip." hell yeah Geography lesson.

ternyata, Surakarta kurang menantang. gue beralih ke Jogja.

Jogja... makanan murah...

gue nggak mau ceritain apa yang gue temukan di sana. takut. ngeri. bener deh. nggak tau kenapa takutnya. mungkin di postingan lain, di mana gue sudah bisa mengutarakan mimpi gue tanpa harus takut buat meraihnya. serius nih. jangan dianggap bercanda. mentang-mentang muka gue lawak. -__- intinya,

gue bisa sukses di 5-10 tahun ke depan. gue akan berusaha supaya kesuksesan itu mampir ke gue, nginep untuk waktu yang lama... lamaaa banget. gue mau belajar. gue akan belajar. gue harus belajar. no matter what. sikit-sikit ane pasti bisa. ada dua kalimat penyemangat yang rencananya akan gue tempel di tembok kamar gue, dan juga di hati dan otak gue. and those are:

"Man Jadda, Wa Jadda. Siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan mendapatkannya."

"Kalau MEREKA bisa, kenapa GUE nggak?"


P.S: maaf untuk warna merahnya. biar terkesan semangat aja. kenyataannya mah, EMANG SEMANGAT!

No comments

Post a Comment

© based on a true story.
Maira Gall