Sunday, September 9, 2012

Everybody (isn't) Changing

belum pernah gue nulis selarut ini. oh mungkin post yang waktu malam takbiran itu kali ya. hmm...

kemarin hari Jumat. sekarang smanic pulang cepet kalau hari Jumat. selasa-rabu-kamis dipadetin jadwalnya sampe jam 3. blargh. ternyata pulang sore plus ada acara lagi sampe lebih sore lagi itu nggak enak. tapi apa boleh buat, jalanin aja yang ada. kalau nggak dijalanin, siapa yang mau jalanin? alien? kucing? Johnny Depp?

hari Jumat kemarin gue nggak langsung pulang. pas keputrian, gue udah ngeluh-ngeluh laper dan dikasih sepotong kue lapis legit sama Rya. lumayan sih buat ganjel perut. tapi tetep butuh pengganjal yang lebih besar. alhasil gue udah menyusun rencana buat nyamper Milan di kelasnya dan minta temenin makan di kantin. apa daya Allah berkata lain. Milan sibuk, temen-temen yang berpotensi buat diajak makan udah pada pulang. gue bingung, berdiri bengong sambil berpikir keras *oke lebay. niatnya gue mau lewat masjid, kali aja ada yang bisa gue culik buat makan di kantin. baru seperempat jalan, gue inget kelas gue kayaknya masih rame. gue balik dan nemu Ghiyats. karena gue lagi pengen ke kelas, jadi gue tinggalin Ghiyats di tengah jalan. Ghiyats nangis. turun hujan. Ghiyats nyanyi lagu Balonku. gue nari-nari di parkiran motor cowok. dan gue baru sadar bahwa semakin malam otak gue semakin liar.

gue ke kelas dan ternyata masih lumayan rame. ada beberapa anak cowok dan anak-anak cewek. gue masuk kelas, terus keluar lagi. I was completely lost. gue bener-bener nggak ada rencana apa-apa. gue bingung mau ngapain. akhirnya gue masuk kelas lagi, ada Imam dan Maya yang setia ngerjain PR Fisika bareng. uh... gue waktu itu lagi males banget ngitung-ngitung. gue liat Ratri lagi megangin kartu remi dan dia ngajakkin gue, Ajeng, dan Firdha main cangkul. gue setuju dan di dua permainan pertama gue kalah. muka gue cemong sama bedak bayi. gue dulu sering main cangkul sama nyokap gue. tapi gue rada-rada lupa sama strategi mainnya. lama-lama gue makin jago kok. buktinya Ajeng, Rafi, Firdha kalah. Ratri sama Ucup menang, bebas dari bedak.

setelah main gue ke bawah and then... nggak tau kenapa pas gue naik lagi ke kelas buat ngambil tas tiba-tiba gue langsung mellow. iya galau deh istilah gampangnya. seriously, gue nggak punya alasan. eh... umm... sebenernya ada sih alasannya. tapi... kalau gue ceritain di sini kayaknya......

ah jadi sebenernya alasannya klise. gue selalu terbelit sama masalah "perubahan". dari SMP, yang sama temen gue itu (kalau nggak salah pernah gue tulis di sini. kalau kalian penasaran, coba aja cari dari 100+ postingan gue. kalau penasaran ya...)
di perjalanan pulang, tepatnya di angkot B02, gue ber-monolog. apa yang bikin gue kesel sama perubahan? perubahan orang yang dulu gue kenal. gue (sempat) benci karena mereka berubah menjadi orang lain. setelah gue pikirin baik-baik, benci gue ini nggak ada gunanya. sampah buat batin doang. gue nggak bisa begitu aja nyalahin orang karena mereka berubah. nggak ada yang berubah dari diri mereka. lingkunganlah yang mempengaruhi gue sehingga gue merasa ada yang berubah, ada yang berbeda.

Allah itu Maha Adil, as you know it. Allah adalah pencipta yang paling adil. bukti yang paling deket, lo dikasih kelemahan tapi di sisi lain lo tetep dikasih kelebihan kan? gimana nggak adil coba? begitu juga dengan masalah perubahan ini. ini buat yang pernah ngalamin aja ya. kalau yang nggak pernah ya ngikutin aja dari belakang. hehe. jadi gini ya situasinya. anggap ada Ani, Budi, Tono, dan Ina. Ani udah temenan nih sama Budi dan Tono, udah akrab dan udah lama deh. kita ambil 6 tahun mereka bersama. nah suatu hari, Ani-Budi-Tono ketemu temen baru nih namanya Ina. Ani sih biasa aja sama si Ina. temenan ya temenan aja. si Budi sama Tono juga begitu sama Ina. TAPI, si Ani ini kok ngeliatnya aneh gitu. mata dia menangkap adanya sinyal longitudinal yang tidak jelas antara Budi-Tono dan Ina. menurut penglihatan Ani, Budi-Tono jadi nggak deket sama dia seperti dulu kala. masih deket sih, tapi beda. Budi-Tono masih sering main bareng sama Ani, tapi ngajak Ina. alhasil, Ani mengambil kesimpulan bahwa Budi-Tono udah berubah. Ani nggak suka dan akhirnya memutuskan buat pergi sejauh mungkin. tamat.

nggak ada yang nangis kan? yelah, baca cerita gitu doang nangis. gimana kalau ngalamin beneran? *WETSAH*
oke, jadi dari cerita di atas kalian bisa ngerti kan maksud gue? coba bayangin gimana kalau kalian jadi Ani. dan gue yakin 89% dari kalian pasti pernah ngerasain yang kayak gitu. walaupun dengan ending yang beda-beda. nah sekarang, gue ajak kalian buat bikin ending yang better than Ani did.

gue honestly pernah melakukan apa yang Ani lakukan. dulu, waktu SMP, gue milih tindakan si Ani. dan sekarang gue tau itu adalah tindakan yang... masih gue katagorikan "kurang bijak". so, apa yang harus dilakukan Ani? Ani harus naik angkot B02 yang penumpangnya sedikit dan supirnya nyetirnya lambat. di sana dia harus duduk miring menghadap jendela, menikmati pemandangan membosankan itu-itu aja dan mulai merenung. renungin masa-masa ketika Ani sering main bareng Budi-Tono. mereka udah bareng selama 6 tahun! itu kan waktu yang lumayan lama buat temenan. apakah selama 6 tahun itu Ani belum puas main sama Budi-Tono? Ani harusnya sadar bahwa ini saatnya untuk orang lain. dan yang terpenting, Ani nggak boleh jadi anak egois. nggak rela Budi-Tono punya temen lain, itu kan termasuk egois kan? Ani nggak boleh seperti itu. Ani harus mau berbagi dengan yang lain. nggak perlu direlain seluruhnya kok. Ani masih bisa main sama Budi-Tono di beberapa kesempatan. Ani harus ingat bahwa Ina berhak bahagia. bisa jadi kan selama ini Ina nggak punya temen seseru Budi-Tono. nah setelah ada mereka, Ina jadi lebih gembira. itu kan hal yang super-duper-mega-baik! nah, setelah Ani merenung di deket jendela angkot B02, sekarang tindakan Ani selanjutnya adalah berterima kasih kepada Allah karena masih diberikan kebahagiaan. Ani harus bersyukur atas apa yang telah diberikan kepadanya selama ini, terutama si Budi-Tono tuh. itu kan hadiah yang... istimewalah buat Ani. kalau kalian dikasih hadiah sama orang harus bilang apa? "terima kasih" kan?

sekarang balik lagi ke gue. di perjalanan pulang waktu hari Jumat kemarin, gue memikirkan itu. tapi sayangnya, gue lebih cemen daripada si Ani. gue hampir mau nangis di angkot, tepatnya pas gue nyampe Duren Villa. gue lupa apa yang gue pikirin waktu itu sampe-sampe gue nyaris nangis. setelah otak gue mulai jernih (iya, selama ini otak gue kotor) gue kembali lagi ke perubahan itu. nggak, nggak ada orang yang berubah. mereka nggak berubah. temen gue nggak berubah. kitanya aja yang matanya suka rada siwer. kita cuma bisa nangkep yang negatif-negatif doang. mikir nggak jelas padahal pikiran kita itu nggak ada yang berguna, nggak ada yang bener. 

waktu SMP kelas 9, otak gue udah negatif banget isinya kalau udah ngomongin salah satu temen gue. alhasil, gue jadi kayak Ani sebelum naik angkot B02, ninggalin temen-temen baiknya demi diri dia sendiri. itu adalah hal paling tidak mengenakkan yang pernah gue lakukan di dunia pertemanan *tsah. walaupun sekarang hubungan gue udah membaik sama temen gue itu, tapi tetep aja kalau diinget-inget, kayaknya gue keliatan banget bego-nya. dan sekarang gue nggak mau ngulangin kesalahan gue dulu. pengalaman itu harus dijadiin pelajaran. nggak mungkin gue nginjek tai ayam yang sama untuk kedua kalinya. gue sekarang harus mempertahankan apa yang ada. ya, gue yang harus mempertahankannya, bukan temen gue, bukan Ani, bukan Budi-Tono juga. semuanya dimulai dari gue. salah jalan, semuanya selesai. I'm done.

jadi kesimpulannya, begadang jangan begadang~ kalau tiada artinyaaa~
nggak ding. kesimpulannya kalau kalian mengalami cerita yang sama kayak gue atau Ani, s-t-a-y-p-o-s-i-t-i-v-e. stay positive. jangan pernah terlintas sedikitpun hal-hal negatif yang bisa bikin pertemanan kalian jadi butiran beras. sebisa mungkin tahan, tahan sambil ngeden kalau perlu. semua ada jalannya. tergantung lo milih jalan tol atau jalan alternatif. inget ya, tetap positif. husnudzan ya kalau di pelajaran agama? iya bukan sih? kan kalau buruk sangka su'udzan, kalau positif? ya pokoknya itulah.

sekian dari gue. maaf kalau postingan kali ini terlalu serius. tapi kalian tetep sayang gue kan? kalian tetep mau kan baca blog gue? kalian tetep mau kan jajanin gue di kantin? ah udah ah. capek. mau tidur. besok hari Minggu dan PR Fisika baru gue kerjain 2 soal. huuuuu. adios amigos!

P.S: galau itu enak deh. ini serius.

No comments

Post a Comment

© based on a true story.
Maira Gall