Friday, July 17, 2015

Pre-Lebaran-Post

Hello again. Malam takbiran, Guys. Nggak kerasa udah mau lebaran, lagi. Ramadhan kali ini terasa... apa ya? Ada persamaan sih dengan tahun kemarin, seperti misalnya emotionally thinking about something, tidur nggak kira-kira, tarawih masih di rumah terus hkhkhk. Perbedaannya cukup banyak. Salah satunya adalah kuliah. Ada bagian-bagian yang beda selama gue puasa bareng teman-teman kuliah. Seperti misalnya, tidur bareng di masjid. Hahaha. Buat gue ini lucu karena ya selama ini gue nggak pernah seharian beraktivitas di luar rumah. Apalagi nungguin kelas doang. Akhirnya gue dan teman-teman lainnya salat, abis itu duduk-duduk dulu, abis itu nungging sebentar sambil main HP, abis itu nyari paha temen, terus akhirnya tiduran deh. Kalau lagi sepi nggak ada obrolan, bablas udah. Hkhkhk. Waktu itu kita pernah tidur yang posisinya agak di tengah-tengah masjid. Nggak kebayang orang-orang yang ngelewatin kita bakal bilang apa:

"Ini korban Rohingya bukan sih? Kok mukanya bejad semua?"

"Ini korban kekurangan air di India, ya? Kenapa nggak sekalian tidur di toilet biar seger?"

"Ini mahasiswa saya, ya? Kasih nilai berapa, ya?"

Selain itu kita sempat buka bareng sepulang kuliah. Dengan bukber, kita jadi tau kebiasaan buka puasa masing-masing orang. Ada Lutfiah dan Tya yang langsung makan makanan berat. Ada Nadhira yang mesti minum teh panas dulu. Ada Ratih dan Dhila yang... bisa-bisa aja kayaknya. Ada gue yang... ah, kalau aku sih nggak ada yang istimewa dari aku. Percuma juga istimewa kalau nggak langsung dijadiin istri. HAHAHA.

Malam takbiran kali ini sungguh menggugah batin.

Well, sebenernya nggak ada yang mau diomongin lagi sih. Minta maaf? Ah, minta maaf nggak harus pas Lebaran kok. Kalau punya salah, ya harusnya langsung minta maaf. Iya, harusnya. Iyaa, harusnya. He-eh, harusnya. Tapi menurut gue minta maaf yang bener-bener tulus itu emang paling susah dilakuin. Memberi maaf pun terkadang jadi hal yang berat buat sebagian orang. Intinya segala sesuatu yang tulus itu susah dilakuin. Sekalipun gampang, hm hm hm, there must be something wrong. Hm hm hm hm hm.

So, I hope this Ramadan could give us some changes to be a better person. Because, seperti yang sering gue bilang, menjadi lebih baik itu penting. Jauh lebih penting dibanding wishes lain. Oh iya, dan semoga tahun depan gue masih bisa mosting sebelum Lebaran which means I can face Ramadan again and you guys too. Aamiiin.

Sekian dari saya. Adios, motherfuckers ya akhi, ya ukhti :)))

No comments

Post a Comment

© based on a true story.
Maira Gall