Thursday, February 18, 2016

Dealing with K-Dramas

Annyeonghaseyo.

So I've decided to write about this issue because it seems affecting my life (my holiday especially) so much. This kamvret @andifariza is truly has no fear and dare to take me to her world, innocently. Hwanyink km mz ku sebel ku benci ku ndak suka yg tebel basah :(

Sekian. Maaf untuk masalah personal yang terpaksa kubawa ke sini. Andi, baik-baik ya kuliahnya.

Speaking of which, it's not really a recent thing that I do. Gue mulai kecanduan nonton K-Dramas semenjak iseng re-watch Coffee Prince, salah satu serial yang udah lumayan jadul. Waktu itu gue baru mulai liburan, still not sure what am I going to do for the next 1,5 months. Sampai akhirnya gue kepikiran satu drama yang belum tamat gue tonton di TV. Akhirnya gue carilah itu drama dan mulai nontonlah gue dengan tenang dan damai.

Until it's too late to realize how bad this drama is.

Bad in a good way, of course. Ini jadi semacam guilty pleasure gue karena percayalah, gue tidak menyesal nonton dari jam 11-an sampai jam 3 pagi dan kurang lebih tidur cuma 2-3 jam karena paginya (sekitar jam 10) gue harus berangkat ke kampus untuk rapat KMFS sekaligus ujian SPM. Mantap :)

Di situ gue mulai sadar bahwa gila, this is a kind of wasting time yang seru banget! Jujur awalnya gue nonton si Coffee Prince itu murni tujuan gue untuk tau jalan ceritanya, gimana akhirnya si Eun Chan ketauan kalau ternyata dia cewek dan gimana hubungannya sama Sajangnim-nya. E ternyata nggak se-simple itu, buat gue khusunya karena gue terlalu gampang dibuat meleleh ngeliat adegan sialan-unyu-banget. Sumpah, dari dulu sampai sekarang gue nggak pernah bisa menghilangkan kebiasaan gue senyum-senyum-mesem sendiri tiap kali nonton adegan yang simple but sweet. Kan tai, ya. Bawaannya tuh kepengen digituin juga gitu lho. Kan tai juga, ya.

Mungkin ini bisa jadi bahan penelitian dengan tema: Observasi Pecinta K-Dramas dan Bagaimana Pengaruhnya terhadap Kehidupan Percintaan Mereka. Karena specifically gue punya satu contoh yang dari SD sampai sekarang belum juga berhasil menemukan seorang pendamping at least for two or three months. Padahal kampusnya kampus yang di setiap sudut banyak calon imam. Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan, Andi???

Saranghae, Ndi. 정말 당신을 사랑합니다  :*

Gila, baru nonton dua drama aja udah jago banget gue bahasa Korea. HAHA.

Selanjutnya di sinilah saat di mana gue kesel tapi bersyukur juga karena Andi ngasih gue link nonton film-film drama yang lumayan bagus. She also recommended, "Ada yang lagi gue tonton, judulnya Cheese in the Trap. Itu dari webtoon gitu sih, tapi lagi seru banget nih episodenya."

"Hah? Apaan? Cheese in the Trap?" Itu cerita tikus apa gimana...

Malamnya setelah selesai ketemuan dan pulang ke rumah masing-masing, rasa penasaran gue muncul. Gue tanya lagi apa itu nama link yang buat nonton drama Korea. Pas gue search ternyata emang lengkap film-filmnya. Tapi yang baru tahun-tahun ini. Yang jadul-jadul mah teu aya. Gue sempat meragukan juga untuk nonton Cheese in the Trap tadi karena pertama, selerea gue dan Andi itu super-duper jauh sekali terutama dalam urusan entertainment. Kecuali... yah kalau cowok bisa dibilang "entertainment" maka selera kita hampir setara. Hampir, karena sesungguhnya gue masih belum tau cowok seperti apa yang benar-benar bisa menaklukkan hatinya. Buku juga nggak terlalu jauh beda sih seleranya. Ya pokoknya yang paling obvious itu kayaknya selera musik sama film sih. Dan kedua, gue meragukan kualitas film-film sekarang apapun itu negaranya. Gue merasa lebih nyaman nonton drama yang ceritanya ringan dan udah ketebak dari awal ending-nya bakal gimana kayak Coffee Prince tadi.

Sampai akhirnya gue coba tonton satu episode Cheese in the Trap.

Dan,

Vangsat apa-apaan nih?!

Itu cowok psycho banget buset!

E ngajak makan mulu masa si Sonbe-nya!

Anyink kok creep da ni orang?!

Buset itu bibir tebel amat.

Now I'm officially addicted to this fuckin drama. Tiap buka episode baru (terutama episode 9-12, dan ini berhubungan juga dengan teori gue kalau drama Korea itu pasti bikin klimaksnya itu di sekitar episode 9-10-11-12. Kayak penulisan tiga babak aja, ada introducing-nya, di tengah mulai banyak konflik, ending-nya tinggal penyelesaian masalah. Tapi gue masih belum 100% yakin dengan teori ini karena masih ada sisa empat episode lagi yang belum tayang dan PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH SWT. ITU DRAMA TINGGAL EMPAT EPISODE LAGI HAHA I CAN LIVE FROM THEN) gue pengen nonton episode selanjutnya. Rada nyesel juga sih gue udah keburu nonton semua episode yang ada. Jadi waktu awal gue nonton baru enam atau tujuh episode gitu. Karena itu dramanya lagi on going dan cuma tayang dua kali seminggu (itupun masih belum cukup!) jadinya masih lumayan panjang juga kan nungguinnya. Gue tadinya mau nungguin sampai 10 episode biar langsung gue babat habis. E ternyata kontak batin gue dengan Andi lebih kuat dan akhirnya gue nonton deh tiap malem. Nggak berasa 3 hari udah selesai dan abis itu gue mesti nunggu tiap minggu. Huh. Ku benci menunggu :( Sempat stress juga minggu kemarin nggak tayang karena ada libur nasional gitu di Korea. Gue mencoba menghilangkan kekecewaan gue dengan me-re-watch episode-episode sebelumnya. Yha :')

Secara general gue akui K-Dramas is genuinely entertaining. Dari konsep cerita pun bagus-bagus dan plot twist-nya mantap sekali, saudara-saudara! Bisa dibilang makin berkembang sih dari drama-drama jadul yang pernah gue tonton. Kualitas gambarnya juga. Pokoknya kita bisa ngeliat perbedaannya secara langsung without losing the pleasure. Beda sama sinetron Indonesia yang mau dikomentarin kayak gimana juga nggak bakal berubah, begitu ae terus sampe Darth Vader makan gorengan di depan komplek gue.

Kalau dari gue secara pribadi, ini bisa jadi... apa, ya, semacam pengalihan mungkin. Eh, bukan pengalihan juga sih. Ya gue teralihkan, to be honest, bahkan gue lagi mandi pun masih suka mikirin kelanjutan ceritanya. Tapi kalau disebut pengalihan kan kesannya gue lagi banyak masalah banget ya. Jadi apa ya, kalau gue boleh bilang sih kayak temen baru gitu. Jujur gue bosen di rumah nggak ngapa-ngapain, cuma nonton HBO, internetan--itupun jadi gumoh karena terlalu sering. Unproductive lah as usual. Tapi setelah saya ke klinik Tong Fang gegara nonton gituan gue jadi ada kerjaan, ada yang dinanti-nanti gitu cie. Emang sih sama-sama nggak produktif juga, toh basically gue nonton film kan. However, I found it delightful and fun and easy to watch K-Dramas. Dibandingkan Western movies, gue lebih milih K-Dramas karena gue kalau nonton film drama lepas gitu bawaannya jadi mikirin hidup. Kayak, ah kenapa itu begini, kenapa ini begitu. Bawaannya jadi mellow--walaupun cuma semalem doang sih abis itu besoknya mah makan tetep makan. Kalau Korean tuh beda, mereka tuh unyu to the maxxx even without sex or making out. Seol pelukan sama si Sonbe-nya aja menurut gue itu udah intim banget (gue bener-bener ketawa abis nulis kalimat barusan. Kalian tau jenis-jenis ketawa pahit penuh keikhlasan? Nah, itu). Like what I said before, simple but sweet things mereka ngena banget. Nah, bisa jadi juga karena kultur mereka masih ada asia-asia-nya kayak kita, nggak yang demen dikit langsung tidur bareng (yha) jadi kita pun nggak merasa aneh atau canggung nontonnya dan malah jadi lucu. But still, I can't tell you that this is the fact because it's completely a personal opinion. Feel free to deny it decently because we all have a different perspective but the same rights to express it :)

Sooooo, that's all from me about the K-kamvret-Dramas. I'm open for another recommendation so tell me your favorite dramas and let me drown into those unyu-ness by myself. Hahaha. Well don't get too far over it. I don't want you guys regret it later. It's out of my responsibility. Anyeong!


(is going to re-watch episode 12 in 3... 2... 1... )

No comments

Post a Comment

© based on a true story.
Maira Gall