Thursday, November 17, 2016

Me-review Tempat Makan yang Zonk

Bisa dibilang ini review-an basi.

Jadi, beberapa waktu lalu, kalau nggak salah jauh sebelum minggu-minggu UTS (ah...), gue, Tya, Lutfia, dan Nadhira berkeliling kota naik mobil badut Tya. Waktu itu hari Sabtu dan sekedar informasi singkat aja, gue Sabtu ada kelas. Meskipun jatuh di hari leha-leha dan di jam yang bikin nggak bisa tidur lagi sehabis Subuh, Alhamdulillah matkulnya nggak berat-berat amat. Dosennya juga asyik ngajarnya, nggak bikin stress tapi penjelasannya jelas gitu. (Kalau pujian saya masih kurang buat dapetin nilai A dari Bapak, saya mau dan rela kok bikin satu postingan tentang kebaikan dan kemurahan hati Bapak plus review bagus buat band Bapak, Pak. Mohon dipertimbangkan, Pak. Tooosss.)

Balik lagi ke jalan-jalan siang berkeliling kota naik mobil istimewa kududuk di muka. Awalnya seperti biasa Tya menawarkan kongkow di tongkrongan dia waktu muda SMA dulu; Taman Suropati. Sayangnya sekarang udah nggak boleh parkir dan nggak ada tukang jajanan kayak terakhir kali kita ke sana. Akhirnya, kita muter-muter aja sambil dengerin playlist lagu Tya yang hacep gila di mobil.

Jam 11 lewat, kita laper dan pengen makan. Karena gue penasaran sendiri sama satu restoran yang ada di dekat Stasiun Sudirman, gue iseng cek-cek zomato. Kenapa gue penasaran pertama, karena tagline restorannya yang unik: "Waroeng Mee: Semacam Tempat Nongkrong" dan "Buka 25 Jam". Kedua, setiap gue jalan pulang sama Dila, setiap kita lewatin tempat itu, selalu rame. Bahkan sekali waktu pernah ada yang nunggu di luar saking udah penuhnya. Nah, gimana gue nggak penasaran sama restoran yang selalu rame begitu?

Alhasil, kita melipir ke sana. Pas liat menunya, agak standar sih kalau menurut gue. Oke, dari nama restorannya aja Waroeng Mee, signature dish-nya bisa dipastikan mie dong. Makanan lainnya ya ada nasi goreng, ayam-ayaman, dan roti-roti bakar buat cemilannya. Kalau soal harga, jujur, kurang friendly dan not worthy. Apalagi setelah liat bentuk makanan dan rasanya. Hm.

Waktu itu gue pesen nasi goreng waroeng mee, ya semacam nasi goreng ala restorannya lah. Gue lupa Nadhira sama Lutfia pesen apa, Tya pesen nasi ayam bakar (atau goreng gitu). Karena lapar bikin ekspektasi orang meninggi, otomatis gue udah membayangkan nasi goreng enak, pake acar, pake telor, pake kerupuk, suwir-suwir ayam sedikit, terus pedes-pedes enak. Hmm. Tapi yang namanya ekspektasi pasti selalu ancur sama yang namanya realita. Pas nasi gorengnya dateng...

Ah, sudahlah.

Mending nasi goreng tik-tik abang langganan kemana-mana. Pake telor, pake ayam walaupun sedikit, ada acarnya, timun, kerupuk, pedesnya nampol. Yang gue pesen di sana, sama semua ingredients-nya cuma bedanya sebelum kata 'pake' ditambahin 'nggak'. Jadinya ya, nggak pake telor, nggak pake ayam walaupun sedikit, nggak ada acarnya, timun dua lembar doang, kerupuknya nggak tau kemana. Wah, udeh. Udeh, selese udeh.

Kenyang sih, tapi aku kecewa :(

Selesai makan, Dhira dan Lutfia pesen mie goreng berdua. Indomie goreng pake kornet kalau nggak salah. Dateng-dateng, yang muncul mie goreng tapi kok nggak cokelat? Dari jauh penampilannya udah keliatan ada yang aneh gitu. Nggak kayak mie goreng pada umumnya. Pas Dhira cobain, dengan suara lantang dia bilang,

'Hm, ini Indomie ayam bawang, ini. Sumpah, Del, cobain dah.'

Pas gue cobain, emang nggak ada rasa-rasa mie goreng sih. Aneh.

Barusan gue iseng buka review restoran ini di zomato dan sebagian ada yang bilang biasa aja, sebagian bilang menunya enak-enak. Dan banyak juga yang bilang 'ini tempat asyik buat nongkrong'. Kalau kalian tanya pendapat subjektif dari gue, apakah tempatnya enak buat nongkrong jawabannya adalah: nggak. Tempatnya sih nyaman, smoking friendly buat para perokok, tapi... apa yah, kayak kurang genah gitu kalau kata Lutfia. Oh, dan satu lagi yang paling gue nggak suka: musiknya terlalu keras. Gue tidak pernah mengerti alasan sebuah restoran (apalagi yang menyebut dirinya "semacam tempat nongkrong") nyetel lagu kenceng banget, dan lagunya pun random. Hakikatnya (cailah) tempat nongkrong ya tempat ngumpul sama teman atau keluarga kan? Tempat ngobrol ngalor-ngidul nggak jelas sama teman-teman, kenapa harus dikasih musik gitu lho? Kenapa?? Kenapa gue jadi sensi amat??

Enak-nggak enaknya tempat atau makanan, itu selera pribadi. Gue bisa bilang nasi goreng Agung Hercules di belakang Al Azhar jauh lebih enak ketimbang nasi goreng di warung ini. Orang lain belum tentu punya opini yang sama. Mungkin itu jawaban dari pertanyaan gue setelah makan disitu: kenapa bisa rame banget ya? Kenapa banyak yang makan di situ ya? Ya karena selera orang beda-beda. Setelah lo baca review gue tentang Waroeng Mee ini, lo mungkin akan bertanya, 'Apa iya nggak seenak itu, Del? Masa sih, Del?' Cara supaya lo bisa tau enak apa nggaknya ya, sila dicoba aja sendiri :)

Untuk itu, gue harus memberikan skor 1.5 out of 5 hahaha. Gue mau kasih 2 tapi rasanya kegedean. Eh yaudah deh 2 aja. Jadi final score-nya untuk Waroeng Mee aka Semacam Tempat Nongkrong aka Buka 25 Jam adalah 2 out of 5 stars. Yay.

Interior oke punya (thumbs up)

Judul: Menonton YouTube-YouTube Lebih Dari TV Boom

Sekian review-nya, semoga bermanfaat. Ingat, jangan terpengaruh sama pendapat-pendapat gue. Kalau penasaran cobain langsung kayak gue, agar supaya kalian mengerti dan tahu bagaimana rasanya dan rasanya bagaimana. Hahaha. Oh, sekalian mohon maaf karena sudah lama nggak menulis di blog kesayangan. Yah, pasti udah pada bosen sama excuses yang selalu gue buat. Tapi setidaknya malam ini gue menulis sesuatu, yay! Selamat!

No comments

Post a Comment

© based on a true story.
Maira Gall