Monday, August 22, 2011

Ceritanya, Curhat

semenjak kelas 9, banyak yang bilang gue berubah. oke, sebelumnya, kata berubah itu punya banyak pengertian. mulai dari berubah bentuk semacam Hulk dan Power Rangers, berubah fisik dari yang unyu jadi imut, atau berubah pikiran seperti saat kita pengen beli bakso tapi jadinya beli mie ayam. so, berubah yang mana, nih?

well, pertanyaan tadi emang sia-sia. karena gue sendiri juga tau apa jawabannya. gue ngerti dan tau banget apa maksud berubah yang dibilang temen-temen gue ini. berubah yang mereka maksud adalah berubah sifat, sikap. gue terlihat berubah oleh orang-orang yang sebelumnya sering melihat sisi gue yang "ini gue lho". gue nyadar kok. gue juga tau betul apa yang bikin gue jadi "agak" berbeda dari biasanya.

tapi sayangnya, lagi-lagi, sesuatu yang menyebabkan gue berubah ini tidak menyadarinya. ya, sayang sekali.

oke, mungkin sesuatu ini nyadar. tapi dia nggak ngerti. nah inilah susahnya. gue bukan orang yang lebih terbuka ketika ada yang salah. gue lebih suka menyimpan dalam hati (yang menurut nyokap bikin rugi gue juga). gue bermain dengan perasaan. dengan sikap yang menunjukkan bahwa lo salah, gitu. tapi dalam kasus ini, cuma beberapa orang doang yang mengerti. mostly, didn't.

kembali ke persoalan berubah.
pernah nggak kalian denger sebuah quotes yang bunyinya kurang lebih:

"Gue berubah, karena lo juga berubah."

pernah nggak? atau kalian mungkin bacanya yang versi Inggris-nya? ya sama aja, sih. tapi pernah nggak? kalau nggak salah lumayan terkenal. eh, apa mungkin itu quotes gue yang nulis asal, ya? ah, taulah. yang penting intinya begitu.

jadi, gue juga sering bertanya-tanya pada diri gue sendiri; ada apa dengan gue? kenapa gue jadi berubah begini? hmm, jerawat gue udah ilang juga kok... dan akhirnya gue merasa menemukan jawaban yang tepat. mungkin belum tepat banget tapi ya setidaknya nyerempet dikit. yaitu yang tadi di atas itu, karena ada sesuatu yang juga berubah.

dulu, sebelum masuk kelas 9, ada sesuatu yang bikin gue... yah seperti biasa. ketawa haha-hihi, ngelawak sana ngelawak sini. pokoknya... yah gitu deh. setelah masuk awal kelas 9, sesuatu itu jadi... jadi... makin aneh. yang sebelumnya emang udah aneh, sekarang jadi aneh lagi. gue sendiri mungkin emang aneh tapi sesuatu ini mengalami keanehan yang... bukan aneh yang gue suka. jadi agak... berubah, seperti gue bilang tadi.

pas tau sesuatu itu udah nggak "seru" lagi sama gue, gue pun menghindar dengan cara tutup mulut. gue udah merasa nggak cocok lagi dengan sesuatu ini.
well, sesuatu ini nyadar, awalnyaaa. gue pun ditanya-tanya, ada apa sih dengan lo, del. tapi sayangnya (lagi) gue kurang bisa mengungkapkannya. akhirnya, kebungkaman gue (cih bahasanyaaa) berlanjut. terus dan terus sampai akhirnya jadi bagian dari diri gue.

tapi, ada suatu ketika di mana gue dan sang sesuatu ini ngomongin tentang masa-masa seru dulu. ya sebagai seorang cewek semi-banget gaul, gue juga suka... apa, ya namanya? suka... kangen gitu sama yang dulu-dulu. pernah suatu hari gue berharap sama sesuatu untuk bisa balik lagi ke jaman dulu, jaman baheula. tapi sayangnya (entah berapa banyak kata "sayangnya" yang gue pake di postingan ini), perasaan harap-harap gitu cuma terjadi sama gue kadang-kadang. misalnya setelah ngomongin hal-hal itu, seminggu kemudian gue balik lagi kayak biasa, males ngomongin hal-hal itu.

seperti yang gue bilang tadi, sikap gue yang jadi lebih tertutup (mungkin ini kata yang lumayan unyu dari semua kata yang gue pake) kebawa sampe sekarang. dan inilah yang gue bicarain sama Ladita beberapa hari yang lalu.

dia bilang, jangan apatis. jangan sok nggak peduli sama lingkungan sekitar. oke, itu lumayan bener karena gue TERKADANG suka males ngurusin orang. sebenernya suka ada niat pengen tau, atau pengen bantu gitu kalau lagi ada kerjaan kelas. tapi... gimana, yah? dalam suatu kelas pasti ada kubu yang... mendominasi. sangat. nah mereka ini biasanya udah langsung ambil alih semuanya. terus gue mau ngapain? ngebantu, bantu apa? semuanya udah dikerjain sama mereka-mereka. bantu doa? Alhamdulillah yaah sering itu maah. hahaha. tapi gue juga nggak sering kayak gitu. gue juga pernah menawarkan bantuan karena gue merasa bersalah kalau nggak ikut bantu gitu.

pesan Ladita, kalau bisa sifat kayak gitu gue ubah, secepatnya. tapi dia bilang dampaknya bakalan ke kerjaan, ke suami... -__-

oke. gue pun sekarang mau mengubah sedikit sifat nyempil itu. dengan caraaa... entahlah. gue masih bingung gimana caranya. setidaknya gue ada niat untuk berusaha. walaupun (jujur, ya) susah ngilangin kebiasaan yang menurut gue... enak aja gitu sama gue. ya emang belum tentu enak sih di mata orang lain. tapi yah balik lagi ke awal, gue mau kok berusaha untuk kembali lagi atau lebih tepatnya memperbaiki diri *tsaaaahhhh*

well, sebelumnya (atau mungkin sesudahnya) gue mau minta maaf kalau postingan gue kali ini terlalu ngalor-ngidul kalau bahasa Jawanya. ya emang rada sedikit... aneh, ya. tapi namanya juga remaja-semi-gaul yang ingin mencurahkan isi hatinya kepada pembaca-pembaca yang haus akan postingan baru di blog gue, yo wis. hehehe.


P.S.: gue nggak mengharapkan sesuatu itu baca postingan gue ini. gue cuma... cuma berusaha meluruskan apa yang terjadi selama ini... *JENG-JENG*
by the way, punya utang 5000 nih, dari awal kelas 9 belum gue bayar. kapan nich gue bayarnyaaahhh? -___-

2 comments

© based on a true story.
Maira Gall