Karena ada banyak sekali kejadian yang baru-baru saja terjadi, dan kalau ditulis dalam satu postingan akan memakan waktu tujuh hari tujuh malam tujuh benua tujuh samudera, maka izinkan gue membagi-baginya dalam beberapa chapter. Sebagian karena alasan di atas, sebagian lagi karena masih ada hasrat dalam diri gue buat nulis cerita berepisode.
Ah udahlah. Prolognya keberatan. Yang ngerti cuma gue doang.
Sooo, selamat datang kembali untuk gue setelah kurang lebih sebulan nggak nulis. When I said "nggak nulis" I mean literally "nggak nulis". Gue selama sebulan terakhir hampir jarang buka blog atau word dan menulis. Gue mau beralasan sibuk tapi pasti kedengarannya jadi klise, padahal emang beneran sibuk. Awal Desember kemarin gue ada kegiatan fakultas yang mengharuskan gue pergi ke Puncak selama tiga hari dua malam. Dua hari kemudian fisik gue menyerah pada alam. Sekarang Alhamdulillah sudah sembuh total. Paling tinggal sisa-sisa batuk yang cukup dihajar dengan gorengan dan es teh insya Allah sembruuuh.
Dan malam ini, di tengah deretan deadline dadakan yang gue buat sendiri, gue menyempatkan diri me-refresh otak gue dengan salah satu dari beberapa hal yang membuat gue senang-riang-bahagia-jumawa; menulis.
Jadi, kembali ke topik awal, hal pertama yang baru-baru saja terjadi yang akan gue ceritakan adalah pertemuan gue dengan Andi setelah masa kuliah efektif. Terakhir kita ketemu di sebuah kedai kopi mahal, yang kopinya berhasil bkin Andi tetep melek sampe jam lima Shubuh. Kalau nggak salah kita belum mulai kuliah waktu itu. Nah sekarang udah mulai kuliah gitu deh, istilahnya meet up as a college student for the first time.
Nggak ada yang berubah dari Andi, kecuali tampangnya yang terlihat agak semakin dewasa. Gue sendiri masih belum tau itu termasuk pujian atau ejekan, tapi menurut kacamata gue sih emang mukanya jadi agak beda aja gitu. Nggak kayak bocah lagi. Alhamdulillah deh, gue kalau jalan berdua sama dia jadi nggak kayak tante dan keponakan.
Kita lumayan ngobrolin banyak hal, atau mungkin lebih tepatnya gue yang banyak ngomong nggak jelas. Topik pembicaraannya nggak jauh-jauh dari jodoh. Betapa di umur segini cewek-cewek mulai putus asa karena nggak dapet-dapet pacar. Ah kalau ngomongin jodoh mah riweuh, nggak ada abisnya dan nggak ada solusinya juga. Ujung-ujungnya cuma berakhir dengan helaan napas panjang yang panjang.
Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
Kita sudahi sajalah topik supersensitif ini. Intinya, dari pertemuan kemarin dengan Andi, hanya foto ini yang bisa menggambarkan kegembiraan kami berdua. Ah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment