Kocak yeuh.
Another trip with freundin yay! Kali ini gue ditemani dua orang rekan gue, Nadhira dan Dhila. Iya, Nadhira ngikut mulu kek anak bebek nyari jodoh. Seperti yang pernah gue sebutkan di postingan yang lalu, gue dan teman-teman berencana untuk pergi ke suatu tempat yang tenang, banyak pohonnya, bagus buat foto, dan mainstream. Ya, mainstream. Karena udah banyak banget anak muda-anak muda masa kini yang pergi ke sana, entah untuk beneran refreshing, atau untuk foto-foto doang.
Kayak kita.
Berawal dari gue dan Nadhira, yang akhirnya memutuskan untuk pergi (lebih tepatnya nekat pergi) sendiri setelah sekian lama ngerencanain tapi nggak jadi-jadi. Setelah konser One Direction—dan segala bentuk desperasi yang dialami Nadhira karena Zayn Malik out from the band—akhirnya kami pergi. Sebagai teman yang baik, kita ajak siapa aja yang mau ikut. Ikutlah Dhila. Bersama kita mendaki gunung lewati lembah sungai mengalir indah ke samudera bersama teman berpetualang.
Start dari Blok M. Berbekal informasi dari internet, kita nungguin bus APTB tujuan Sentul di sana. Setelah tanya kesana-kemari, akhirnya kita naik APTB 09 jurusan Bogor. Kita sempet ragu mau naik apa nggak karena di kaca bus-nya nggak ada tulisan lewat Sentul. Gue tanya ke supirnya dan ternyata lewat.
Nggak lama, bus jalan. Jam 11 kita baru keluar dari Blok M. Selanjutnya jalan lurus lewat tol. Nadhira dan Dhila tidur di sebelah gue. Mata gue juga udah berat banget tapi gue takut kebablasan kalau gue ikut tidur juga. Akhirnya setelah satu setengah jam, kita sampai di depan mall Bellanova, pintu tol Sentul. Mampir sebentar buat pipis dan beli makan (karena kita lapar (ya menurut ngana???)) abis itu kita langsung nyari taksi.
Nah, ini salah satu pengalaman yang harus diingat dan dipelajari.
Pas turun dari APTB, gue langsung nanya ke mamang-mamang, kalau mau ke Gunung Pancar naik angkot apa (karena di internet banyak yang nyuruh naik angkot). Katanya, nggak ada angkot yang langsung ke sana. Kalau mau kita naik ojek aja. Jalanlah kita ke pangkalan ojek. Setelah nanya-nanya, ternyata tarifnya 50k. Per satu motor. Kalau bertiga 150k. Buset. Rugi bandar aing. Gue dan yang lain merasa tidak yakin dan lebih memilih naik taksi, dengan perhitungan kalau naik taksi bertiga bisa 50k. Abis dari Bellanova, kita ambil taksi mall. Gue bilang, kita mau ke Babakan Madang, Gunung Pancar. Abangnya nyamperin dan bilang, "Ya bisa. Tapi kena minimum payment."
"Apaan tuh?"
"Jadi minimal bayarnya 50k."
Biar jalannya deket, dan argonya cuma 20k, bayarnya tetep 50k. Gue pikir, sampe ke Gunung Pancar kayaknya bisa lebih dari 50k, jadi kalau pun mesti nambahin paling berapa. Ya kita iyain aja dan langsung naik. Pas di dalem, supirnya nanya kita mau ke mananya Madang. Gue bilang, Babakan Madang, Gunung Pancar. Si supirnya bingung. Terus dia keluar nanya ke temennya, terus temennya nanya lagi ke kita. "Ke Madang kan, Neng?" "Iya, ke Gunung Pancar-nya tapi." Gue lupa lanjutannya gimana pokoknya tau-tau pas di jalan kita lagi ngomongin angkot Madang, terus si supirnya nanya, "Babakan-nya di mananya, Neng? Ini udah Babakan Madang."
"Oh, ini Babakan Madang? Kita ke Gunung Pancar-nya, Mas."
Muka supirnya langsung berubah. "Itu mah Karang Tengah, Neng. Bukan Madang. Kalau itu mah masih jauh lagi. Tadi salah ngomong, bilangnya ke Babakan Madang."
Gue diem. Kita diem. Supirnya diem.
Gue udah mulai kesel.
Akhirnya gue tanya, "Tapi ini bisa kan ke Gunung Pancar?"
"Ya bisa sih..." jawab si supir dengan nada nggak ikhlas gitu.
Gue pribadi kesel banget. Dari awal kan gue udah bilang mau ke Gunung Pancar. Ya okelah gue salah ngomong, gue bilangnya ke Babakan Madang. Tapi kan harusnya ngerti dong dari awal kita bilangnya Gunung Pancar terus. At least nanya gitu, mau ke Babakan Madang atau Gunung Pancar. Kan nanti kita bisa bilang ke Pancar-nya, kalau misalnya jauh ya tinggal jelasin jauhnya tuh segimana, darimana ke mana.
Pelajaran ber-travelling: Sebisa mungkin hindari naik taksi. Kalaupun terpaksa, cari yang pake argo.
Nggak lama, Nadhira ngetik sesuatu dan ngasih tau ke gue, intinya kalau misalnya tadi kita turun di Madang, dan lanjut naik angkot, sedangkan kita harus bayar 50k, kita bisa rugi. Abis itu gue bales, "Ya daritadi gue juga mikir gitu. Makanya kita diem aja di sini biar kita untung gocap." Karena emang ternyata pintu masuk Gunung Pancar masih lumayan jauh, jadi kita nggak nombok banyak gitu lho dari 50k itu.
Nyampe sana, kita langsung turun dan supirnya langsung pergi sambil ngambek. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA rasanya pengen gue ketawain depan komuknya.
Sampe di depan gerbang, bayar masuk 7,5k satu orang. Padahal seinget gue di internet bilangnya 2k. Abis itu kita langsung jalan masuk ke dalam. Dan, kayaknya, dari sekian banyak pengunjung, kita doang yang jalan kaki. Masalahnya bukan sekedar jalan kaki, ini namanya udah mendaki. Tinggi bener. Baru satu tanjakan, udah mulai ngos-ngosan. Tapi walaupun jalan udaranya mendukung, sejuk-sejuk gimana gitu. Pohon-pohon pinusnya juga keren. Ya jadilah sepanjang jalan menanjak, kita berhenti di sana-sini buat foto-foto.
Perjalanan pulang terasa lebih menyenangkan. Nadhira minta gue nanya mamang-mamang yang lagi nongkrong buat nanyain jasa ojek dari sini ke Bellanova. Setelah tawar sana-sini, harga sepakat 25k satu ojek. BAYANGKAN 25K SATU OJEK SEDANGKAN YANG TADI GOCAP SATU OJEK GILA NGGAK. Ditambah lagi mamang ojeknya—yang kayaknya warga lokal—baik banget. Sepanjang jalan gue diajak ngobrol, ditanya gue udah pernah ke Leuwi Hejo (dan tadi gue baru googling dan ternyata tempatnya boleh juga), ngobrol-ngobrol gimana gue bisa nyampe ke sini. Karena dia logatnya Sunda banget, jadilah gue ikutan ngomong dengan EYD, Ejaan Yang DiSundakan. Ea. Tapi ya namanya juga turis, sebagai turis kita harus bisa bahasa/logat lokal. Supaya terkesan akrab dan siapa tau dikasih murah kayak kang ojek tadi.
Pelajaran ber-travelling: Percayalah warga lokal. Terutama yang baik. Terutama yang baik dan bisa diajak ngobrol. Terutama yang baik, bisa diajak ngobrol, dan nggak suka main getok harga karena tau kita ini turis.
Setelah sampai dengan selamat di Bellanova, nggak lama bus APTB dateng. Nggak lama juga kita sampai di Jakarta. Senangnya. Short trip kali ini bener-bener pengalaman baru karena gue nggak pernah pergi bawa anak orang ke tempat yang gue sendiri juga belum tau. Yah, begitulah. Kalau nggak begitu mah nggak bisa punya pengalaman.
Oh iya, gue lupa. Di postingan ini gue berniat memberikan informasi yang baik dan benar, supaya kalau nanti ada yang googling "Gunung Pancar" yang keluar adalah blog gue. Ehe ehe ehe. Jadi, kalau kalian mau ke sana dengan angkutan umum, naik bus could be the easiest way. Kalau gue naik APTB 09, tapi alternatif yang lain juga banyak. Turun di Bellanova, abis itu SEBISA MUNGKIN cari angkot (walaupun waktu gue tanya nggak ada angkot). Angkotnya ke Babakan Madang, inget tuh. Abis itu turun di... duh gue lupa. Pokoknya si Mamang Ojek yang nganter gue pulang bilang, kalau naik angkot turunnya di Indomaret. Abis dari situ nyambung ojek aja langsung ke atas Gunung Pancar. Jangan lupa juga dua pelajaran travelling yang gue kasih tadi. Insya Allah kalian tidak tersesat. Kalaupun tersesat, coba googling dulu. Kalu udah kepepet baru tanya warga sekitar. Hahaha.
Sekian laporan perjalanan gue, Nadhira, dan Dhila. Beberapa foto selfie masih nyangkut di tab-nya Dhila, mungkin setelah dikirim ke gue, bakal gue masukkin di postingan ini. May you have a very great adventure and also a great story to share. Adios, motherfuckers!
Pusing mikirin pengeluaran awal bulan. |
No comments
Post a Comment