Tuesday, January 24, 2017

My First Love for K-Drama

Semalam, setelah selesai nonton drakor dan curhat nggak jelas di snapgram, gue sempat menjanjikan sebuah postingan review drama Goblin di sini. Awalnya gue agak ragu karena drama ini ditonton sejuta umat dan kalau gue nulis/post/ngomongin tentang Goblin, gue takut dikira penonton karbitan dan mainstream. Tapi gue berusaha mengesampingkan pikiran itu dan memutuskan untuk menulis review drama sialan ini. Bukan semata-mata karena gue suka Gong Yoo ceritanya, tapi karena ini drama terindah yang pernah gue tonton. Entah itu dari segi gambarnya, setting tempatnya, soundtrack-nya, Gong Yoo-nya maupun storyline-nya yang berhasil membahagiakan penontonnya sampai akhir. Gue merasa harus menulis ini sebagai bentuk apresiasi gue terhadap orang Korea yang konsisten dalam dunia per-drama-an. Mari tepuk tangan sejenak untuk mereka.


Gue nggak tau harus mulai dari mana. Pertama kali gue tau drama ini dari sekelebat-sekelebat info di Instagram yang bilang kalau ada drama baru berjudul Goblin. Pas liat pemainnya, kok gue kenal semua (cie). Ada si Kim Go Eun yang dulu main di Cheese in the Trap, ada juga si Lee Dong Wook yang terakhir kali gue liat itu di drama My Girl dan sekarang dia beda banget HAHAHA. Ada juga si ciprik satu yang konsisten mempertahankan wajah gantengnya dari zaman Coffee Prince sampai sekarang (baca: Gong Yoo). Tapi gue sempat nggak (mau) tertarik karena waktu dramanya keluar, gue lagi deket-deket mau UAS. Gue lagi musingin Hansel Gretel dan Metopen waktu itu, jadi gue pikir, entar-entaran ajalah nontonnya kalau udah tamat.

Hingga pada suatu hari, si ciprik satu ini, yang bernama lengkap Listya Dewi Anggraeni, ujug-ujug dateng dan bilang, "Sumpah, lo harus nonton Goblin, Del!"

Anying.

Setelah beberapa hari diceritain tentang betapa bagusnya drama tersebut, gue mulai iseng-iseng buka akun Instagram yang suka nge-post potongan adegan drakor (drama Korea, biar ringkes). Ternyata, emang bagus. Dan lucu. Dan bikin penasaran. Dan wah gila Gong Yoo-nya ganteng cuy. Di situ gue mulai gatel pengen nonton tapi masih ketahan karena pikiran gue masih waras dengan lebih mengutamakan Metopen dibanding drama kacangan itu.

Karena ada pepatah yang mengatakan, "Curiosity killed the cat", maka daripada gue mati penasaran, lebih baik gue coba tonton satu episode pertama drama Goblin.

Dan saudara-saudaraku, ingatlah bahwa sekali nonton satu episode, there is no turning back.

Walaupun seperti biasa, gue selalu merasa episode 1-3 itu cuma mukadimah yang nggak perlu-perlu amat, tapi ada rasa penasaran juga setelah gue nonton episode pertama. Apalagi ending-nya di mana si Eun Tak bilang, "Sarangheyo" ke si Tokebi (maaf, sebenarnya gue tau penulisan Korea yang betul tapi kayaknya lebih enak begitu nulisnya). Kan kita jadi bingung dan penasaran ya, ni bocah SMA tau aja ye om-om ganteng kaya raya, makanya langsung diembat sama dia. Hah.

Gue sempet berhenti nonton di episode 2 atau 3 gitu, terus gue coba selesain Metopen gue. Hebatnya, dengan iming-iming, "biar bisa nonton Goblin" gue berhasil menyelesaikan Metopen dalam dua hari. Atau tiga hari, itu nggak penting. Yang penting, setelah selesai essay gue, gue langsung melahap dua episode sekaligus. Mwahahaha.

Ah, padahal gue niatnya mau nulis review beneran, tapi malah kecampur curhat pribadi.

Well, bagaimana pendapat gue tentang alur cerita drama Tokebi? Sebagai orang awam, gue rasa alurnya pas dan bisa diterima. I mean, porsi-porsi untuk setiap konfliknya cukup rata. Walaupun bagian-bagian akhirnya menurut gue agak terlalu singkat, mungkin karena terbatas 16 episode. Dan, oh, yang pertama kali paling menarik mata gue ketika nonton drama ini adalah sponsor. Hahaha. Gue kira cuma di Indonesia doang yang pake barang sponsor sebagai properti. Jujur awalnya agak mengganggu karena sponsornya banyak banget. Tapi lama-kelamaan jadi bisa diterima, kayak, yaudahlah ya. Namanya juga drama mahal, butuh biaya banyak kan yah.

Terus yang paling penting adalah sinematografinya yang, wah, keren! Ini drama pertama yang bikin gue ngerasa kayak lagi nonton film, bukan nonton drama. Pasti paham kan beda gambar drama series sama film, nah itu dia. Ditambah efek-efek CGI di beberapa scene-nya dan terutama di bagian pedangnya Kim Shin. Walaupun to be honest, gue bukan penggemar efek-efek kayak begitu karena menurut gue terlalu berlebihan, apalagi untuk cerita drama yang romantis. Tapi itu semua termaafkan bukan karena Gong Yoo-nya ganteng, tapi karena toh itu bagian dari ceritanya. Jadi selama itu mendukung jalannya cerita, ya nggak masalah lah. Intinya, totalitas tanpa batas. Tah eta!

Selain itu, gue suka teknik pengambilan gambarnya. Suka banget! Gue termasuk penikmat film/drama yang banyak nampilin long shot. Entah kenapa gue suka banget. Kalau gue pribadi ngerasa shots semacam itu bisa buat mendukung emosi lo. Kayak scene Eun Tak sama Kim Shin pertama kali ciuman di ladang bunga-apalah-itu-namanya. Lo liat mereka ciuman aja udah seneng, terus kameranya dijauhin ngeliatin ladang bunga dan salju-saljunya pake efek slow-motion, gimana nggak tambah seneng coba? Ah, sumpah, gue mulai terdengar seperti penonton karbitan. Tapi ya mau gimana lagi, emang sukak!


Ah, ini juga penting. Dialog-dialognya bagus! Apalagi puisinya Kim Shin waktu ngeliat Eun Tak di Kanada. I cried so hard dengerin suaranya sambil liat senyum sedihnya itu. Nggak tau nangis karena puisinya atau karena Gong Yoo-nya. Gue sempat pengen salin puisinya tapi nanti gue terlihat seperti penonton karbitan. Hehehe. Oh, by the way, gue suka puisinya dalam bahasa Korea dan bahasa Inggris. Karena waktu itu gue sempet baca di Line Today ada yang nulis artikel tentang quotes romantis di drama Goblin. Pas gue buka, quotes-nya bahasa Indonesia semua cuyyy. Jadi kurang romantis gimanaaa gitu cuyyy.


Ini juga elemen yang paling gue suka, soundtrack-nya! Jadi, waktu itu, gue lagi pusing ngerjain Metopen. Pusing karena essay-nya nggak selesai-selesai dan pusing karena gue belum bisa lanjut nonton Goblin sampe essay gue selesai. Karena udah desperate banget, akhirnya gue buka YouTube dan iseng cari soundtrack-nya Goblin. Dari situ, gue mulai ngerjain paper ditemani soundtrack-nya demi mengobati hasrat yang tak tersampaikan :') Lagunya enak-enak, bikin nempel terus di otak. Ada kali satu hari di mana otak gue terus-terusan muterin salah satu soundtrack Goblin, saking enak dan nempelnya. Ditambah lagi, peran si soundtrack di setiap adegan dramanya pas banget. It's like, you don't even notice that the songs are a separate part of the drama. Pokoknya ngalir aja gituh.

Ngomongin acting pemainnya mah, nggak perlu lah. Yang penting tuh penulis script-nya. Penulis yang kayak begini yang harus dipertahankan di dunia drakor karena dia bisa-bisanya menghancurkan hati para penonton di akhir-akhir cerita, tapi dengan baiknya ngasih happy-ending yang bikin gue jauh lebih sedih. Kenapa, karena ini drama terlalu bagus untuk diakhiri. Anjay. Nggak, ini serius. Saking bagusnya, gue sampe nggak rela kalau dramanya udah abis. Yang bikin tambah sedih adalah pas liat foto-foto behind the scene-nya sebagai penutup episode 16. Gue nangis kayak orang gila, melebihi nangis gue pas Kim Shin-nya mati jadi abu. Karena kita semua tau, nggak akan ada drama yang sebagus dan seindah ini lagi. Nggak akan ada lagi yang ditunggu-tunggu tiap Jumat-Sabtu demi dibuat lebih penasaran lagi sama kelanjutan ceritanya. Mungkin nanti akan ada drama yang berhasil menyaingi si Goblin ini. We will wait for that but for now, nothing more beautiful than the Goblin.

Menurut gue, kesuksesan sebuah drama itu adalah ketika para penontonya ngerasa kehilangan banget setelah dramanya selesai. Gue tadi sempet baca komen-komen orang sotoy di myasiantv dan hampir semuanya bilang ini drama terbaik. Ada yang sagala minta season 2 pula. Yeu. Dikira dengan bikin season 2, dramanya jadi tambah bagus kali! Terus ada juga yang ngasih komen bijak dan cerdas dengan bilang, "The ending was not fixed. It's up to us on how to interpret it anyway." Yas, komentator yang seperti ini yang harus dibanyakin! Tapi emang bener sih, gue juga sempet bertanya-tanya sama ending-nya: kalau begini, nanti si Kim Shin-nya hidup terus dong? Terus kalau si Eun Tak udah empat kali hidup di dunia, Kim Shin-nya tetep immortal gitu? Dan pertanyaan-pertanyaan bodoh lainnya yang nggak perlu dipikirin amat. Pokoknya, it ended that way and we're all satisfied enough with it!

Gue kira nikahnya pake penghulu, taunya berduaan doang. Huf.

Ah, gila, gue ngetik panjang amat udah kek nulis essay.

Well, teman-temanku, maafkan kalau beberapa minggu belakangan aku menjadi penonton karbitan yang tontonannya terlalu mainstream. Maafkan kalau aku terlalu excited karena suka iseng nge-post yang berbau Goblin. Jujur aja, ini pertama kalinya gue nonton drakor sampe kayak begini. Gue nggak pernah nonton drama yang gue nggak rela tuh drama udah selesai. Gue nggak pernah nonton drama seindah ini.

And yes, every moment of it shined.



Aku suka scene dibalik selimut!

Dadah, kalian.

(All pictures are searched in Google by typing various stupid keywords. Thanks, Google!)

1 comment

© based on a true story.
Maira Gall